Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan alasan yang memicu rupiah sulit menguat di awal tahun 2023. Menurut bos BI, rupiah gagal menguat akibat ketidakpastian dari pergerakan suku bunga AS atau Fed Fund Rate (FFR).
Saat ini, pergerakan FFR telah menunjukkan garis akhir. Pada awal Mei 2023, Bank Sentral Amerika Serikat (AS) (Federal Reserve/Fed) menyetujui kenaikan suku bunga ke-10 sebesar 0,25 poin persentase. Kenaikan tersebut membawa suku bunga Fed ke kisaran target 5%-5,25%, tertinggi sejak Agustus 2007.
Dengan kenaikan ini, pasar membaca the Fed mulai dovish. Pasalnya, the Fed diperkirakan akan segera mengakhiri kenaikan suku bunganya dalam waktu dekat.
Menurut Perry, BI memperkirakan bahwa suku bunga the Fed di kisaran 5,25% telah mencukupi dan ini sejalan dengan suku bunga BI yang berada di level 5,75%.
BI yakin posisi Fed Fund Rate (FFR) yang tidak lagi meningkat ini akan menopang pergerakan rupiah ke depannya.
“itu sesuai dengan prediksi BI dan FFR yang 5,25% dan kelihatannya yang terakhir rupiah akan menguat, tempo hari kurang menguat karena masih tidak pasti FFR,” tegas Perry.
BI juga memastikan penguatan rupiah sejalan dengan perbaikan ekonomi di dalam negeri, serta mulai melandainya inflasi di dalam negeri. Kendati demikian, Perry menegaskan BI tetap berkomitmen untuk menjaga stabilitas nilai tukar. BI tetap melaksanakan stabilisasi nilai tukar dengan memastikan diri tetap berada di pasar dan menjaga stabilitas rupiah.