Konvoi diplomat ASEAN yang melakukan perjalanan di Myanmar mendapat serangan dari kelompok bersenjata tak dikenal, Minggu. Bahkan baku tembak terjadi kala perjalanan kemanusiaan dilakukan.
Hal ini pun membuat Presiden RI Joko Widodo (Jokowi), buka suara. Perlu diketahui RI adalah ketua ASEAN saat ini, di mana memfasilitasi The ASEAN Coordinating Centre for Humanitarian Assistance on Disaster Management (AHA Center), untuk membantu korban krisis di Myanmar.
“Kemarin AHA Center didampingi tim monitoring ASEAN akan menyerahkan bantuan kemanusiaan,” ceritanya dalam konferensi pers di Labuan Bajo, Senin (8/5/2023).
“Tapi sangat disayangkan di tengah perjalanan terjadi baku tembak menembak,” tambah Jokowi.
Karenanya, Jokowi kembali meneriakkan penghentian segera kekerasan. Menurutnya, ini tidak akan membuat pihak manapun menang dan hanya rakyat menjadi korban.
“Menyerukan kembali hentikan kekerasan,” tegasnya.
“Stop using force, stop violence karena rakyat yang akan menjadi korban. Karena kondisi ini tidak akan membuat siapapun menang. Saya mengajak mari kita duduk bersama ciptakan ruang dialog untuk mencari solusi bersama,” tambahnya.
Sebelumnya berita penyerangan juga dimuat AFP. Beruntung tidak ada korban dilaporkan.
Kejadian terjadi di negara bagian Shan Selatan, kotapraja Taunggyi. Wilayah ini memiliki tingkat kekerasan relatif sedikit, sejak kudeta terjadi dua tahun lalu, Februari 2021.
Namun, Maret lalu, sekitar 30 orang yang berlindung di sebuah biara di negara bagian yang sama dan terbunuh. Junta dan pejuang anti-kudeta saling tuduh atas pembantaian tersebut.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menjelaskan bahwa ada dua tahap bantuan kemanusiaan untuk Myanmar yang diberi ASEAN. Tahap pertama terkait dengan life saving, telah selesai dilakukan karena terkait dengan bantuan penanggulangan Covid-19, dan tahap kedua life sustaining.
“Tahap kedua ini sempat alami hambatan karena kurangnya akses kepada AHA Centre untuk menjangkau penduduk yang memerlukan terutama di wilayah-wilayah yang di luar kontrol militer Myanmar,” ujar Retno.