Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) meyakini kinerja rupiah ke depannya akan tetap menguat sejalan dengan prospek perekonomian di Tanah Air yang terus membaik.
“Ke depan penguatan nilai rupiah diperkirakan lanjut didorong surpulus neraca berjalan dan inflow asing sejalan prospek perekonomian yang terus membaik inflasi rendah dan imbal hasil asing yang menarik,” papar Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam konferensi pers KSSK II, Senin (8/5/2023).
Adapun, Sri Mulyani sebagai Ketua KSSK mengungkapkan bahwa penguatan nilai tukar lebih tinggi atau kuat dibandingkan dengan mata uang regional lainnya, seperti baht, rupee dan peso. Rupiah tercatat secara tahun kalender menguat 6,12% pada 28 April 2023, sedangkan baht sebesar 1,3%, rupee 1,1% dan peso 0,67%.
Di sisi lain, Gubernur BI Perry Warjiyo meyakini ke depannya pergerakan rupiah akan terus menguat seiring dengan melandainya inflasi di Tanah Air.
“Stabilitas nilai tukar penting untuk menstabilkan inflasi. BI mempastikan nilai tukar stabil ke arah nilai fundamentalnya. Pastinya dengan Fed Fund Rate yang sudah mencapai puncak,” tegas Perry.
Ke depannya, BI berkomitmen untuk menjaga stabilitas nilai tukar. BI tetap melaksanakan stabilisasi nilai tukar dengan memastikan diri tetap berada di pasar dan menjaga stabilitas rupiah, serta pengawasan cadangan devisa hasil ekspor sesuai dengan mekanisme pasar. BI juga akan terus berupaya menambah cadangan devisa.
Perry memastikan cadangan devisa di kisaran US$ 145,3 miliar pada akhir kuartal I-2023 dinilai mencukupi untuk menjaga nilai tukar.