Duh! Gegara Cuaca Panas ‘Mendidih’, Harga Beras Bakal Terbang

Ilustrasi Pertanian Kekeringan. (Dok. Freepik)

Harga beras medium diprediksi akan terus bergerak naik melampau harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah, sebesar Rp10.900 per kg. Menyusul ancaman efek El Nino yang akan memicu kemarau ekstrem di Indonesia tahun ini.

Di mana, mengutip situs resmi BMKG, saat memasuki musim kemarau, juga akan muncul fenomena panas dan udara gerah.

“Sekarang saja sudah cenderung melampaui HET (harganya) jadi pada posisi-posisi itu. Dan ini kan kalau posisi panennya sudah mulai berkurang. Itu tidak akan terlalu turun (harganya), apalagi ada El Nino. Isu El Nino saja itu biasanya berpengaruh terhadap harga beras. Nah, apa yang harus dilakukan pemerintah?,” kata Ketua Umum Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perppadi) Sutarto Alimoeso kepada CNBC Indonesia, Senin (8/5/2023).

Sebagai informasi, berdasarkan pantauan CNBC Indonesia di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), Jakarta Timur, harga beras medium hari ini (Senin, 8/5/2023) rata-rata dibanderol Rp 11.000 per kg.

Untuk itu, Sutarto menilai program bantuan sosial (bansos) berupa beras 10 kg untuk 21,353 juta keluarga penerima manfaat (KPM) yang tengah diluncurkan pemerintah tepat untuk mengurangi gejolak harga yang lebih berat.

“Sebenarnya langkah yang dilakukan pemerintah dengan mengeluarkan bantuan sosial yang untuk 21 juta keluarga kurang mampu, itu saya kira sangat baik dan benar untuk mengurangi gejolak harga yang lebih berat,” ujarnya.

Menurutnya, langkah dan upaya yang dilakukan pemerintah tersebut merupakan cara yang cukup efektif. Dia juga menilai, jika pemerintah melakukan bansos beras ini secara kontinu atau secara terus menerus, maka gejolak harga yang kemungkinan bakal terjadi karena adanya dampak El Nino bisa diantisipasi.

“Kalau sampai dengan Juli-Agustus dan kemudian pemerintah menetapkan menyalurkan bantuan sosialnya terus menerus, saya pikir gejolak harganya tidak akan terlalu. Ya mungkin bisa bertahan pada posisi seperti sekarang ini, bisa bertahan sampai Juli nanti,” tutur dia.

“Dengan catatan pemerintah tetap mengeluarkan yang untuk 21 juta keluarga tadi kan, entah subsidi atau entah apa. Saya pikir itu akan tetap menjaga stabilitas harganya. Nanti setelah Juli mungkin baru kita bisa memprediksi berikutnya, karena itu nanti ada hubungannya berapa stok yang sudah dikuasai oleh Bulog, kemudian bagaimana produksi yang terjadi pada musim panen kedua ini. Nah itu baru kita bisa evaluasi lagi sekitar bulan Juni,” lanjut dia.

Meskipun terjadi kenaikan ataupun penurunan harga pada beras, kata dia, naik atau turunnya tidak akan terlalu signifikan jika pemerintah terus memberikan bansos berupa beras sampai beberapa waktu ke depan.

“(Harga beras) bisa naik turun. Tapi kalau naik atau turunnya juga tidak terlalu besar, atau bisa dikatakan stabil. Dengan catatan, salah satunya itu (pemberian bansos beras). Itu menurut saya sangat efektif,” pungkas dia.

Seperti diketahui, BMKG telah mengeluarkan peringatan ancaman kemarau ekstrem yang akan melanda Indonesia tahun 2023 ini. BMKG memprakirakan musim kemarau di Indonesia tahun ini akan tiba lebih awal dari sebelumnya. Di mana, penurunan curah hujan selama musim kemarau diprediksi akan normal hingga lebih kering dibandingkan biasanya.

Di sisi lain, organisasi pangan dan pertanian dunia, Food and Agriculture Organization (FAO) menyebutkan, adanya ancaman risiko kekeringan ekstrem akibat El Nino di wilayah-wilayah Afrika bagian Selatan, Amerika Tengah, serta Asia Timur Jauh termasuk Indonesia.

FAO merilis laporan yang memuat rekomendasi bagi negara-negara anggota dan mitra agar mengantisipasi ancaman yang muncul, termasuk bagi produksi pertanian.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*